Sekarang saya berstatus
sebagai mahasiswa semester 5 di universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda
Aceh. Kegiatan sehari-hari sebagai
seorang mahasiswa tentu pulang pergi ke kampus, di samping kegiatan yang lain.
Tentu bukan suatu kebetulan kampus Unsyiah posisinya berada di daerah
Darussalam.
Merunut ke makna dari Darussalam itu sendiri
yaitu “Negeri yang aman”, namun timbul pertanyaan, apakah Darussalam sekarang
yang ditempati oleh dua kampus raksasa Aceh sudah bisa di katakan sebagai
negeri yang aman, bebas maksiat, tenang untuk menimba ilmu dan aman-aman yang
lainnya?
Menjawab pertanyaan di
atas tentu tidak dengan data abal-abal atau berdasarkan penilaian subjektif,
dibutuhkan pengamatan dan penelitian. Saya pernah menanyakan kepada beberapa
orang teman yang nge-kost dan tinggal di Darussalam mengenai apakah mereka
merasa nyaman tinggal di Darussalam.
Rata-rata jawabannya
adalah tidak, yaitu tidak nyaman, hanya kemudahan akses ke kampus yang membuat
mereka bertahan untuk tetap tinggal di situ. Saya pun merasa tidak nyaman
ketika harus menyusuri gang-gang Darussalam, kesannya begitu kumuh.
Namun bukan karena
kekumuhannya yang membuat saya tidak habis pikir, tapi mengenai kebebasan
anak-anak kost yang tinggal di Darussalam yang sudah di luar batas kewajaran.
Berhubung saya kuliah di Unsyiah tentu Darussalam adalah kawasan yang hamper
tiap hari saya kunjungi, terkadang mengunjungi kost kawan atau keperluan
lainnya yang mengharuskan saya menapaki gang-gang di sana.
Mungkin sudah tidak
terhitung berapa kali saya melihat anak-anak kost yang perempuan berdua-duan
dengan lelaki di depan kost perempuan, terkadang saya melihat mereka berdua
ngobrol sambil senyum-senyum, terkadang juga saya melihat mereka mulai
menyentuh tangan satu sama lain. Dan itu terjadi di siang hari, kalau malam ya
bayangkan saya sendiri apa yang akan terjadi.
Miris tentu melihat
fenomena seperti ini, ketika Banda Aceh di gadang-gadang menjadi kota Madani
yang berlandaskan syariat Islam, tapi kelakuan daerah atau kawasan yang
mayoritas di domisili oleh kaum pelajar begitu jauh dari nilai-nilai syariat
Islam.
Saya, anda atau
siapapun yang pernah kuliah di Daerah Darussalam pasti tak akan menampik
fenomena ini, tapi fenomena ini seakan di biarkan terus-terusan seperti itu,
mungkin kebebasan anak-anak kost ini akan terus meningkat levelnya seiring
kemajuan zaman dalam arus modernisasi.
Ini adalah tanggung
jawa saya dan anda semua, terkhusus pemimpin-pemimpin yang punya power untuk
mencegah itu semua. Memang fenomena ini tidak hanya terjadi di Darussalam,
daerah-daerah lain juga sedang mengalami krisis demikian rupa.
Tapi Darussalam sebagai
kota pelajar seharusnya menjadi model bagi daerah-daerah lain dalam penerapan sebagai
kota Madani.
Lalu timbul kembali
pertanyaan terkait fenomena di atas, apakah Darussalam sudah menjelma sesuai
namanya? Saya rasa masih jauh panggang dari api.
Fakta
menunjukkan mayoritas penduduk atau penghuni Darussalam adalah dari golongan
orang-orang berpendidikan, misalnya mahasiswa, pelajar atau Dosen. Lalu apa
yang mereka pelajari? Bermacam-macam ilmu tentunya. Tapi kenapa kelakuan kaum
pelajar itu seperti tidak terpelajar, berdua-duan dengan lelaki yang bukan
muhrim. Mungkin mereka tidak di ajarkan nilai-nilai agama ya? Atau sistem
pengajaran kita yang salah.
Ya,
saya rasa sistem pengajaran atau pendidikan kita lah yang salah, sistem
pengajaran kita tidak menitik beratkan pada perbaikan perilaku, sehingga kita
lihat ketika masa TK dan SD mereka sopan-sopan dan tidak berperilaku yang
macam-macam, tapi menginjak usia remaja mamasuki jenjang pendidikan yang lebih
tinggi perilaku mereka semakin tidak terkontrol.
Masa
SMP sudah tau buat video mesum, kalau masa SMA lebih lagi, hubungan di luar
nikah sudah biasa. Kalau sudah di perguruan tinggi jangan Tanya lagi. Padaha Belajar
menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses perubahan perilaku ke arah
yang lebih baik.
Mengenai
sikap-sikap mereka yang berdua-duan di depan kost di siang hari apakah bisa
dikatakan terpelajar? Kalau dikatakan tidak terpelajar buktinya mereka
statusnya pelajar, mereka kuliah dan belajar, tapi kenapa mereka tidak tahu
kalau berduan dengan non muhrim itu di larang dalam Agama dan bertentangan
dengan budaya kita orang Aceh. Atau jangan-jangan mereka tidak mau tahu.
Ah
semakin malas saja membahas mereka-mereka itu, tahun ajaran baru akan segera di
mulai, untuk orang tua yang anaknya akan kuliah di Darussalam agar lebih
menjaga anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam lembah hitam yang penuh
dengan kenistaan. Lebih baik sejak dini diberikan pemahaman agama yang mantap
agar punya pondasi yang kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh dengan segala
rayuan lingkungan sekitar.
#Tulisan
ini tidak bermaksud menyudutkan Darussalam atau anak kost, tapi ini hanya
sebuah perenungan untuk kita semua akan perbaikan ke depan. Bukankah
kemaksiatan itu akan mendatangkan azab dari Allah swt??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar