“Ada suatu perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, ketika kami mulai menginjakkan kaki disekolah
ini.”
Perlahan-lahan pintu pagar kami
buka. Tak ada satpam disekolah ini. Yang terlihat hanya beberapa orang guru
mengenakan baju hitam putih PGRI sedang ngobrol di depan sebuah ruangan. Kami
pun melangkah mantap menuju kerumunan tersebut.
Senyum disertai salam menjadi
pembuka kunjungan kami kali ini. Guru-guru di SDLB Ie Meulee Sabang ini cukup
ramah, hal ini terlihat dari senyum yang mengembang diwajah mereka. Kami pun
menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan ke sini, walaupun sebetulnya beberapa
hari sebelumnya kami sudah minta izin sama kepala sekolah.
Setelah berbincang-bincang dengan
para guru beberapa menit, kami pun menuju lantai dua untuk menuju kelas dua. Sekolah
dengan bangunan berbentuk L ini tidak terlalu luas, hanya ada 6 kelas ditambah
satu ruang guru dan kepala sekolah. Di lantai dua pihak sekolah memasang terali
besi sapanjang koridor. Katanya pemasangan ini untuk mencegah terjadinya
hal-hal yang tidak diinginkan, karena kebanyakan murid di sini memang agak
sedikit lebih aktif.
Begitu sampai dikelas dua,
ternyata didalamnya sudah ada dua orang guru muda yang sedang mengajar. Mereka
pun tak kalah ramahnya. Setelah mengobrol singkat kami pun dipersilahkan untuk
langsung masuk ke kelas.
Kelas dengan ukuran 5x8 meter ini
hanya dihuni oleh 5 orang siswa. Mereka lucu-lucu dan menggemaskan. Namun waktu
itu saya memilih untuk tidak masuk terlebih dahulu. Lamat-lamat saya perhatikan
mereka dari balik jeruji pintu kelas.
Ada suatu perasaan bangga dan sedih melihat anak-anak ini. Suatu perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Saya bangga ketika melihat mereka semangat bersekolah. Bangga ketika tidak ada guratan kecewa dari wajah mereka terhadap takdir ini. Mereka memang anak-anak hebat.
Mana Nikmat manakah yang kau dustai
BalasHapusPUBLIC SPEAKING SEMARANG
Kebahagiaan itu hanya ada pada orang-orang yang bersyukur .