Tiada start
tanpa ada kata finish. Setiap perang pasti ada damainya dan setiap perjuangan
pasti ada titik pencapaiannya. Hari ini
mungkin menjadi hari yang paling bersejarah bagi seorang Taufan Chalis.
Mahasiswa yang baru saja meraih gelar Sarjana Teknik (ST) itu tampak sumringah
ketika mengenakan baju toga khas wisuda.
Perjuangan
selama lebih kurang 5 tahun lamanya akhirnya berbuah manis. Gelar sarjana yang
di damba-dambakan akhirnya terwujudkan. Sebagai seorang teman, saya sedikit
banyak tahu bagaimana perjuangan Taufan meraih gelar S1 nya. Kisahnya berawal dari tahun 2009, selepas SMA
Taufan mencoba peruntungan layaknya teman-teman lainnya untuk masuk ke
universitas favorit. Unsyiah menjadi pilihan Taufan kala itu, namun takdir
berkata lain. Apa yang di harapkan ternyata jauh panggang dari api. Berharap
bisa belajar di kampus jantong hate, nyatanya malah mengantarnya ke sebuah
kampus swasta.
Dengan tetap
meyakinkan diri, akhirnya ia tetap menempuh pendidikan di kampus barunya.
Semester satu berlalu hingga memasuki semester dua. Menjelang akhir semester
dua, Taufan
kembali mencoba peruntungan untuk menjebol ketatnya persaingan menjadi
mahasiswa Unsyiah. Ternyata usahanya tidak
sia-sia, Allah selalu melihat usaha hamba-hambanya.
Pada tahun 2010
ia menjadi satu dari ribuan lainnya yang dinyatakan sah menjadi mahasiswa di
Universitas jantong hate rakyat Aceh. Untuk mendapatkan satu kursi di unsyiah,
Ia berjuang mati-matian. Hampir tiap harinya ia rutin melatih diri dengan mengerjakan
soal-soal SNMPTN (Seleksi nasional masuk Perguruan TInggi). Tak jarang ia menjumpai gurunya yang ada di
SMA dulu untuk konsultasi soal yang tidak bisa ia pecahkan sendiri.
Menjadi
mahasiswa Unsyiah merupakan mimpi seorang Taufan sejak masih duduk di bangku
SMA Negeri 1 Montasik. Mimpi itu pun akhirnya terwujudkan. Namun ada satu
kebiasaan buruk Taufan ketika sudah menjadi mahasiswa Unsyiah kepada kami
temannya, ia sering menakut-nakuti saya yang waktu itu masih duduk di kelas 1
SMA bahwa sangat susah jebol ke Unsyiah. Ia sering berkata begini “ Male Mat
nye kajak sikula di banda tapi luloh di Universitas swasta” namun saya cuma
tersenyum saja menanggapi pernyataan yang terus saja di ulangnya saban hari itu.
Haha!
Selama kuliah
banyak prestasi yang di raih oleh mahasiswa teknik elektro ini. Ia pernah
menjadi asisten Laboratorium, membuat aplikasi android untuk alat musik
tradisonal Aceh dan sederet prestasi lainnya. Baru-baru ini Taufan juga baru
pulang dari Padang untuk presentasi aplikasi android yang digagas bersama temannya
itu di depan mahasiswa Universitas Andalas.
Ketika menjalani
tugas sebagai mahasiswa, Taufan sering bercerita kalau ia pernah nggak tidur
hingga beberapa hari karena harus mengerjakan tugas. Namun yang membuat saya
salut dengannya adalah berat badannya juga tidak kunjung turun walau sering
begadang.
Banyak
pengalaman tentunya selama berteman dengan Taufan. Darinya saya belajar bahwa
setiap pencapaian selalu ada harga mahal yang harus dibayar. Akhirnya hari ini
Rabu 25 November 2015 Sang teman di WISUDA juga. SELAMAT ATAS GELARNYA KAWAN, Neu meudoa semoga lon jeut bagah nyusol dren.
Kirain pertama bisa wisuda bareng rupanya tidak. Haha!
Selamat Bang
Taufan Chalis ST…
luar biasa bro... :D
BalasHapusyang disamping bung taufan, itu namanya Arif .
Saya kenal beliau, anak-nya baik hati, tidak sombong dan suka menabung, seperti karakter BUDI di buku kelas 1 SD, yang baik hati, tidak sombong dan suka menabung. :D
Omeenn telat x tau infonya bro Arif, maunya bisa kita masuin jga dlam tulisannya. [-(
Hapus