“Syirik kecil adalah suatu penyakit yang sangat berbahaya bagi kalian, lalu para sahabat bertanya, apakah syirik kecil itu ya Rasulullah? Jawab beliau: “Riya, besok di hari kiamat, Allah menyuruh mereka mencari pahala amalnya, kepada siapa tujuan amal mereka itu, FirmanNya. “Carilah manusia yang waktu hidup di dunia, kamu beramal tujuannya hanya untuk dipuji atau disanjung oleh mereka, mintalah pahala kepada mereka itu.”
Di zaman seperti sekarang ini memang sangat sulit untuk melakukan
amal hanya semata-mata karena Allah swt. Kita semua pasti sering melihat dimana
setiap aktifitas yang dilakukan mesti publish di media social. Sebelum
shalat selfie dulu. Mau puasa sunnah update dulu di Media sosial.
Tak dapat dipungkiri manusia sekarang adalah mereka yang haus akan pujian dan
sanjungan.
Dalam hadist diatas Allah dengan tegas berfirman, bahwa suatu amal
yang dilakukan dengan tujuan untuk dipuji dan disanjung oleh manusia, maka
kelak dihari akhirat Allah akan menyuruh manusia tersebut untuk meminta pahala
kepada orang-orang yang memujinya.
Dalam hadist lain Rasulullah Saw. Juga bersabda bahwa terkadang
orang melakukan puasa tiada keuntungan baginya, kecuali lapar dan dahaga dan
terkadang orang beribadat di malam hari tiada keuntungan baginya kecuali jaga
malam yang melelahkan yang dimaksud adalah amal ibadatnya sia-sia (tidak
berpahala).
Memang dimata manusia kita terlihat hebat dan sholeh dengan
melakukan berbagai amal shalih. Tapi itu semua tiada arti apa-apa di mata Allah
swt. Terkait riya dan sum’ah (menghendaki popularitas atau tersohor atau
terkenal) Ulama hikmah mengibaratkan seperti orang datang ke pasar atau toko,
sakunya penuh batu sedangkan kebanyakan orang menilai dia bahagia atau
beruntung karena terlihat banyak uang. Padahal kenyataannya dia sangat celaka
karena isi saku atau kantongnya tidak dapat dibelikan sesuatu apapun, kecuali
sanjungan dan pujian orang belaka.
Suatu ketika seseorang bertanya kepada Dzin-Nun-Al-Mishri; “Sejauh
mana seseorang disebut istimewa (pilihan Allah swt) ? Jawabnya, 4 macam sifat
yang dimilikinya yaitu : 1. Ketika telah berani menanggalkan istirahatnya, 2.
Memberi sesuatu yang ada padanya, 3. Tidak menghendaki kedudukan atau pengaruh,
4. Tetap pada pendiriannya, baik ketika di ejek atau pun dipuji.
Ikhlas itu memang terlihat sederhana, sesederhana 5 huruf yang ada
padanya. Namun kenyatannya banyak amal yang tak bernilai karenanya. Tentu kita
semua tidak ingin amal yang kita kerjakan di dunia menjadi tak bernilai di
akhirat kelak. Maka dari itu mari kita ubah haluan, ketika melakukan amal
niatkan sepenuhnya hanya kepada Allah swt. STOP PAMER AMAL!
Source : Terjemahan Tanbihul Ghafilin Bab Ikhlas, karangan Al- Imam
Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi terbitan Mutiara Ilmu Surabaya.
Haha. Lon preh syarahan albajuri
BalasHapusBab Peu bang? Bab Nikah jeut??
HapusLuar biasa, Ado loen. Sibak loen galak ;)
BalasHapusAlhamdulillah kak Aini..... Luar biasa emang asoe kitab Tanbihul Ghafilin.
HapusSeperti dalam surat Al-Ikhlas . Ilmu tertinggi dalam hidup .
BalasHapusPUBLIC SPEAKING SEMARANG