![]() |
Source : Jelajahunik.blogspot.com |
Saya tetiba jadi geli ketika membaca sebuah status facebook seorang
anak SMA menyatakan perasaannya kepada seorang cewek. Apa-apaan ini Saya pikir.
Lantas saya membaca komentar-komentar dari status tersebut. Wah lebih parah
lagi rupanya, ada yang berkomentar mendukung sikap “keberanian” cowok tersebut
namun ada juga menanggapinya dengan sinis, “lebay banget lo broe” krik. Sesaat
saya menatap status tersebut dengan mata sedikit melongo. Antara tidak habis
pikir bercampur sedih menatap kenyataan remaja saat ini.
Memang hal-hal semacam ini bukan satu dua kali terjadi. Sudah
puluhan bahkan mungkin ribuan kejadian aneh yang membuat saya pribadi merasa
lemas sendiri atas perilaku remaja sekarang. Namun kali ini berbeda, karena
saya mengenal remaja yang satu ini. Mungkin memang betul adanya seperti judul
postingan saya diatas. Remaja sekarang adalah generasi “sinetron” bentukan
drama-drama korea dan sinetron televisi ; nah udah menyalahkan sinteron dan
drama lagi. Tutup saja RCTI dan MNC Tv itu, nah kok?.
Kata dosen saya, sinetron ini menancapkan pengaruh yang luar biasa
terhadap penontonnya yang memang sudah kecanduan. Pecandu sinetron biasanya
daya analisis dan kekritisannya akan menurun. Hal ini disebabkan karena ketika
menonton otak mereka tidak dirangsang untuk berpikir. Semua telah tersaji dan
mereka tinggal menikmati alur cerita yang sudah di setting. Berbeda
dengan generasi zaman 90 an. Hiburan yang mereka dapatkan adalah radio, dimana
media penyiaran yang satu ini hanya menyajikan suara tanpa visual. Jadi
penikmat radio disamping melatih kepekaan indra pendengaran juga melatih
rangsangan otak untuk berimajinasi atau berpikir mengenai apa yang disampaikan.
Jadi bisa dikatakan generasi radio ini adalah mereka yang secara tidak langsung
di didik untuk mencari jalan keluar dari setiap persoalan karena telah dididik
daya berpikir tadi. Semoga aja ngerti.
![]() |
Source : pinterest.com |
Nah kembali lagi kepada generasi sinteron tadi. Generasi ini adalah
mereka para “penikmat” dalam artian nasi sudah dimasak tinggal dimakan.
Sehingga secara tidak langsung sifat dan karakter mereka dibentuk ke arah
negative ; malas dan tidak mau berpikir. Sadar atau tidak media kita sedang
menciptakan generasi yang melenceng jauh dari norma-norma agama. Nggak
percaya? Yaudah.
Lantas gimana solusinya?
Solusinya adalah kembali kepada ajaran Islam. Memang kedengarannya
terlalu luas.
Tapi cobalah sedikit mendekat dengan agama yang sudah kamu bawa sejak lahir
itu. Dengan ikutan ngaji di
pesantren-pesantren atau dayah-dayah misalnya. Manfaatkan waktu sebaik mungkin
dengan focus kepada mempelajari agama. Kata kawan belajar agama itu kolot?
Kalau ada kawan seperti itu silahkan tinggalkan dia dan cari kawan lain.
Sebaik-baik teman adalah yang mengingatkan kamu kepada kebaikan dalam keadaan apapun.
Stop menjadi generasi sinetron yang tiap hari Cuma bisa galau karena doi nggak
mau balas sms kamu. Fokuslah dan mulailah mempraktekkan apa yang ada dalam
agama kita ; agama islam.
![]() |
source : mediaterkini.tk |
dek mat emang pinter kali cari isu yg menarik.. udah muda,ganteng, kreatip lagi (k) x-)
BalasHapus=p~ mw wisuda bang satu lg. (b)
HapusHahaha ceritanya menarik, tetapi lebih menarik komen dua orang dibawahnya. :D
BalasHapus=)) diatasnya mungkin zara nggak? kalau dibawah nggak ada apa2. :p
Hapus