![]() |
Ilustrasi |
Pada satu sore teman saya bercerita kegirangan,
ketika mendapati salah seorang wakil rakyat menambahkannya menjadi teman
dijejaring media sosial. Ia bercerita dengan penuh semangat sambil membusungkan
dada. Diwaktu yang hampir bersamaan saya juga mengalami hal serupa. Di add hingga di follow oleh pejabat dan calon pejabat. Sebagai seorang sahabat yang
tidak ingin menyakiti perasaannya saya hanya mesem-mesem saja. Walau didalam
hati sebetulnya sudah ketawa dok.
Padahal kalau ditelusuri, kebanyakan akun-akun tersebut dikelola oleh
timsesnya.
Akhir-akhir ini memang sering dijumpai pejabat yang
turun gunung. Menjumpai rakyatnya untuk mendengar keluh kesah atau bahasa
kerennya menampung aspirasi. Dimulai dari mejumpai komunitas-komunitas,
organisasi kepemudaan hingga turun ke desa-desa. Tak luput dari target mereka
adalah desa kami.
Jadi ceritanya, desa yang menjadi tempat tinggal
saya sejak 22 tahun yang lalu hingga detik ini adalah sentra pembuatan souvenir
khas Aceh. Sudah tak terhitung pejabat negara yang melangkahkan kaki ke desa
kami. Dimulai dari istri orang nomor 1 di Aceh hingga wakil rakyat yang ada di
Senayan sana. Dari banyak kunjungan itu saya sendiri tidak begitu peduli karena
berbagai kesibukan. Dan tentunya kunjungan mereka membawa misi dan kepentingan
masing-masing.
Hingga akhir-akhir ini datanglah seorang wakil
rakyat ditingkat DPR RI. Jujur walaupun dia seorang wakil rakyat yang pastinya
terkenal namun saya sendiri tidak mengenalnya. Entah si doi kenal sama saya atau nggak. Saya baru tahu kalau
beliau wakil rakyat baru-baru ini ketika ada pertemuan dengannya disalah satu
cafe yang ada di Banda Aceh. Ya sebagai tuan rumah, kami tetap memperlakukan
seorang tamu dengan hormat karena semboyan “peumulia
jamee adat geutanyoe” sudah begitu mendarah daging pada masyarakat Aceh.
Terlepas dari “katanya” tujuan kedatangannya adalah
untuk melihat langsung bagaimana pembuatan souvenir khas Aceh saya sendiri
lebih melihat kunjungannya sebagai ajang menjaring massa.
Dilain kesempatan saya juga melihat aneka model
kampanye lainnya. Untuk musim ini saya melihat calon-calon yang akan bertarung
diarena politik lebih mengandalkan media sosial seperti facebook, twitter
hingga instagram untuk menjaring pendukung. Bahkan saya melihat ada website
yang khusus dibuat untuk pencitraan seorang bakal calon kepala daerah (bupati).
Desain dan isinya sih sudah lumayan, tapi nggak tau tuh viewers nya berapa sehari. Mungkin kalau viewers nya ribuan per hari setelah ajang pemilu bisa
dikomersialkan, terus dipasang Google
Adsense. Lumayan kan buat penghasilan tambahan.
Berbagai macam nama masing-masing timses juga sudah
dideklarasikan. Dimulai dari timses yang melabelkan nama dengan istilah “sahabat”
hingga “rakan”. Makanya tak heran ada begitu banyak sahabat misterius menjelang
pemilu. Saya harap anda juga harus selektif dalam memilih sahabat. Jangan
sampai anda memilih sahabat yang hanya setia di awal namun setelah sukses
bakalan mencampakkan anda begitu saja, terus anda bakalan update status “W*F, pas
mau mencalonkan diri si bro itu add gue, pas gue buat status selalu di like. Eh
pas menang akunnya nggak aktif lagi wak.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar