Minggu
pagi yang cerah ketika saya bersama seorang teman memutuskan untuk menyambangi
Samahani. Samahani merupakan salah satu mukim yang masuk dalam Kecamatan Kuta Malaka
Kabupaten Aceh Besar. Jarak dari Banda Aceh menuju Samahani sekitar 30 menit
berkendara.
Bagi
orang Aceh Besar dan Banda Aceh jika mendengar nama Samahani pasti yang
terbayang adalah Roti Sele Samahani –
roti selai khas Samahani-. Nyatanya, selain
terkenal dengan Roti Sele yang maknyus, di Samahani kita juga bisa mencicipi Bu
Leukat yang disajikan dengan Selenya yang khas. Pada
dasarnya, Bu Leukat adalah salah
satu panganan Aceh yang dibuat dengan beras merah atau putih dan biasa
disajikan pada acara seperti khanduri maulid,
pesta perkawinan dan pada beberapa acara adat Aceh lainnya. Sementara itu, Sele
adalah kata dalam Bahasa
Aceh yang bermakna selai (bubur dari buah-buahan yang dimasak dengan gula
sampai kental). Tapi sele Samahani tidak dibuat
dari buah-buahan melainkan campuran telur, gula, bubur jagung dan lainnya.
Biasanya Bu Leukat disajikan dengan parutan kelapa muda atau asoe kaya (srikaya). Namun berbeda halnya dengan Bu Leukat yang ada di Warung Kopi Kembang Samahani, yang disajikan dengan Selai khasnya ; sele samahani.
Berlokasi
di Jalan Medan-Banda Aceh,
tepatnya di Pasar Samahani, warung kopi Kembang telah cukup lama melayani
pengunjung dengan menu andalannya ; Roti dan Bu Leukat Sele. Pagi hari, warung
ini akan dipadati masyarakat untuk menikmati segelas kopi dan Bu Leukat Sele
sambil bercerita tentang aktifitas keseharian yang sudah dilalui.
Untuk
satu porsi Bu Leukat, kita cukup merogoh kocek lima ribu rupiah saja. Satu
porsi ini tidak terlalu banyak. Kira-kira setengah porsi piring makan biasa.
Jika tidak ingin makan di tempat, anda juga bisa membungkusnya. Tapi jika
membungkus,
cita rasanya akan beda dengan makan di tempat.
![]() |
Nikmat disajikan Dalam Keadaan Panas |
Puas
menikmati Bu Leukat Sele Samahani,
kami coba menyusuri pegunungan Kuta Malaka. Waktu masih menujukkan pukul tujuh
pagi ketika kami putuskan untuk
berangkat. Udara pada pukul tujuh masih begitu segar-segarnya dan ini adalah
waktu yang tepat untuk menelusuri indahnya pegunungan Kuta Malaka. Apalagi
katanya jalan menuju kesana
sudah beraspal mulus. Pegunungan Kuta Malaka mempunyai beberapa tempat wisata
yang bisa dikunjungi seperti arena off
roads, Wahana Impian Malaka (Water Park), air terjun dan tentunya
pegunungan yang menghijau. Tapi kali ini kami tidak menuju ke tempat wisata tersebut
melainkan hanya sebatas jalan-jalan di pagi hari mencari udara segar.
![]() |
Sawah, bukit itu semua punya orang Dek! |
Begitu memasuki jalan pegunungan, suara burung saling sahut-sahutan.
Dan dari jalan masuk utama hingga jumpa dengan sebuah jembatan yang terlihat
kiri kanan adalah pepohonan. Jembatan ini tidak terlalu panjang, sekitar 8
meter. Di bawahnya mengalir air langsung dari pegunungan. Jangan tanya tingkat
kejernihannya. Kalau memang haus kita bisa langsung meneguknya (jangan lupa
bawa tumbler).
![]() |
Ketika Mulai Memasuki Kawasan Pegunungan |
Tentu tak lengkap rasanya jika berhenti tanpa berfoto.
Agenda berfoto ini menjadi wajib untuk membuktikan eksistensi diri (tuntutan
dunia). Jepret sana-sini kami gerak lagi. Ternyata jalan di depannya di penuhi
oleh kawanan lembu dan beberapa dari mereka entah sengaja atau tidak
mengeluarkan amunisinya tepat di badan jalan. Sungguh pemandangan yang tidak
sedap berhubung baru saja menyantap Bu Leukat.
Jika terus melaju ke depan, kami akan tiba di air terjun
Kuta Malaka. Cuma sayangnya jalan menuju ke sana belum beraspal, masih
bebatuan. Dan pagi itu suasana juga cukup sepi, tidak terlihat ada aktifitas
manusia sama sekali. Setelah setengah menit berpikir kami pun memutuskan untuk
kembali.
![]() |
Dari sini tidak jauh lagi akan sampai di Air Terjun Kuta Malaka |
Kakak kurang suka selenya. Manis kali. Kami kan udah manis, jadi ga mau lagi yang mainis
BalasHapusIya memang, selenya sedikit manis. Kalau banyak kita makannya, jd kiban meunan
BalasHapus