Lebaran
ke empat, tepatnya hari Rabu, saya bersama tiga rekan berlebaran ke Sabang. Pulau paling Barat Indonesia
yang dikenal sebagai Pulau Weh. Dari Banda Aceh kami menuju Sabang via
pelabuhan Ule Lheu.
Fokus
selama di Sabang adalah silaturahmi ke rumah saudara yang sudah lama tidak
disambangi. Jika rumah yang akan di singgahi itu dekat dengan objek wisata maka
kami juga akan singgah ke objek wisata tersebut. Jadi sekali dayung dua pulau
terlampaui.
Puas
keliling rumah saudara yang tersebar dari Benteng Jepang hingga Iboih saatnya
merencanakan pulang. Menyeberangi lautan via Pelabuhan Sabang menuju Montasik,
Aceh Besar.
Hari
Sabtu pagi sekitaran pukul 08.00 wib kami tiba di Pelabuhan Sabang. Tanpa
menunggu lama, dua sepeda motor yang kami bawa langsung mengarah ke jalur antri
masuk kapal.
Rupa-rupanya,
sudah ada 100 sepeda motor lebih yang telah duluan diparkir rapi oleh
pemiliknya. Menunggu komando petugas untuk dimuat ke kapal.
Melihat
ratusan motor yang sudah terparkir rapi, harapan untuk naik kapal yang
berangkat sebelum siang sudah tidak memungkinkan lagi.
Kata
petugas pelabuhan, kapal BRR dengan daya muat yang cukup besar sedang mogok. Jadi
Cuma ada kapal Papuyu dan Simeulu yang beroperasi. Kedua kapal ini muatannya
tidaklah banyak. Sekali jalan, mungkin hanya bisa mengangkut sekitar 15 mobil
dan 20 sepeda motor.
Jadi
dengan dua kapal, sekali jalan hanya bisa mengangkut lebih kurang 30 mobil dan 40 sepeda motor. Jumlah yang sangat
sedikit melihat banyaknya sepeda motor dan mobil yang mengantri untuk
diseberangkan.
Melihat
keadaan seperti itu, harapan untuk bisa berangkat dalam hari itu juga semakin
pupus. Apalagi setiap kapal yang berangkat lebih mengutamakan untuk mengangkut
mobil.
Imbasnya,
sepeda motor yang tidak terangkut semakin banyak karena terus bertambah dengan
datangnya orang-orang baru yang juga ingin menyeberang ke Ule Lheu.
![]() |
Orang-Orang Yang Mengantri Tiket di Pelabuhan Ule Lheu. |
Setelah
menunggu trip pertama hingga balik lagi trip kedua kami belum juga terangkut. Trip
terakhir, kapal berangkat pukul 18.00 wib dari pelabuhan Sabang. Ada sedikit
harapan pada kapal terakhir ini. Tapi lagi-lagi, petugas pelabuhan lebih
memprioritaskan memuat mobil ketimbang sepeda motor. Dalam hati, kami berusaha berprasangka baik, mungkin memang ada
aturan atau kebijakan untuk lebih memprioritaskan roda empat ketimbang roda
dua.
Kapal
terakhir pun berangkat di antara alunan murottal mau azan maghrib. Di
tengah-tengah kekecewaan karena tidak terangkut, petugas mengumumkan kepada
seluruh jamaah penunggu kapal agar bersiap diri untuk trip esok jam enam pagi.
Jangan ada yang telat. Seru petugas dengan santai dan suara lantang.
![]() |
Ketika di PHP in sama Kapal. |
TIDUR DI PELABUHAN
Ini
adalah pengalaman pertama saya berikut tiga teman lainnya tidur di pelabuhan.
Untuk menyewa kamar di penginapan adalah sebuah tindakan sia-sia mengingat
jarak waktu sampai esok jam enam pagi sekitar sepuluh jam lagi. Jadi tanggung.
Sempat
terlintas dalam pikiran untuk tidur di masjid. Mengingat ada satu masjid dekat
pelabuhan yang cukup luas, bersih, tenang serta nyaman untuk merebahkan badan.
Tapi pikiran yang berkelebat itu langsung menghilang ketika tahu pengurus
masjid tidak mengizinkan orang-orang untuk tidur disana.
Malam
semakin larut. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib. Rencana tidur di
masjid tidak jadi, kami mencari alternatif lain.
Setelah
sepuluh menit lebih mencari lokasi yang aman dan nyaman untuk merebahkan diri belum juga berhasil. Muncullah ide untuk tidur di deretan kursi ruang tunggu
pelabuhan.
Jadi
di pelabuhan Sabang, ada dua gedung yang menjadi ruang tunggu sekaligus tempat
kedatangan penumpang dari Banda Aceh. Dua gedung ini terdiri dari ruang tunggu
untuk kapal cepat dan satu lagi untuk kapal lambat.
Gedung
kapal cepat sedikit lebih tertata, bersih dan luas dibandingkan punya kapal lambat. Kursinya pun berbeda.
Untuk kursi gedung kapal cepat berbahan stainless
yang di gandeng rapat lima kursi. Setidaknya tidur di kursi stainless tersebut tidak membuat badan
sakit karena permukaannya yang rata.
Berbeda
dengan kursi di gedung kapal lambat yang terbuat dari plastik dan mempunyai
permukaan yang tidak rata pada kedua sisinya. Bentuk kursinya persis seperti huruf “ba” hijaiyah.
Sayangnya
ketika malam hari gedung kapal cepat di gembok. Jadi dengan terpaksa, kami merebahkan diri di
deretan kursi gedung kapal lambat.
Jadi ketika rebahan, tidak seluruh badan menyentuh permukaan kursi karena tertahan oleh lekukan kedua sisi kursi yang sedikit melekuk ke atas.
Sebuah
keberuntungan bagi saya karena membawa Goody
bag (tas samping berbahan kain) pemberian WWF Aceh pada sebuah acara mereka
beberapa waktu lalu. Setelah mengisinya dengan baju dan celana kotor berubahlah
ia menjadi bantalan empuk.
Tapi
tas ini diberikan bukan untuk dijadikan bantal ya, yang saya lakukan itu hanya
sebuah kebetulan. Pemberian tas ini merupakan upaya WWF Aceh dalam
mengampanyekan kepada khalayak luas untuk terbiasa membawa tas sendiri ketika
belanja.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penggunaan plastik yang limbahnya sudah
sangat mencemaskan. Tas ini cukup nyaman dibawa kemanapun karena bahannya ringan dan juga bisa dilipat menjadi sangat kecil (seukuran ketupat)
ketika tidak digunakan.
Hal
paling mencemaskan ketika terpaksa tidur di pelabuhan atau area publik manapun
adalah keamanan. Saya sempat terbangun beberapa kali karena was-was takut
kecurian. Apalagi berita tentang orang-orang yang kecurian ketika tidur di public area sudah sangat sering kita
dengar.
Setelah
terbangun beberapa kali karena was-was , akhirnya saya pun tertidur pulas dan
baru bangun ketika azan subuh berkumandang. Alhamdulillah ketika bangun tidak
ada satu pun barang bawaan yang hilang.
Nah,
berdasarkan pengalaman tersebut saya ingin berbagi tips kepada teman-teman agar
bisa tidur aman dan nyenyak di tempat umum yang menjadi tempat lalu lalang orang-orang.
Berikut tipsnya :
1.
Tidurlah berdekatan dengan pos keamanan pelabuhan. Dengan kondisi pintu terbuka
dan petugas keamanan yang sepertinya tidak tidur, cukup membantu saya ketika itu seandainya
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
2.
Taruhlah barang berharga pada satu tempat yang tidak mudah diketahui orang. Misalnya
tas pinggang yang dimasukkan dalam baju atau kantong baju yang posisinya di dalam.
Amankan hp, dompet dan barang berharga lainnya dalam tempat rahasia yang hanya anda ketahui sendiri.
3.
Usahakan tidur berdekatan dengan teman dekat anda. Jangan jauh-jauh. Jadi jika
terjadi sesuatu ketika satu tidak sadar bisa jadi teman anda yang sadar. Bisa
juga anda membagi waktu, yang satu tidur, lainnya jaga. Tapi jangan juga
kebablasan sampai susah dibangunin.
4. berhubung pelabuhan Sabang belum ber AC,
banyak nyamuk lalu lalang memangsa korban yang tidur di pelabuhan. Usahakan
untuk memakai losion pengusir nyamuk.
5.
Sebelum tidur ada baiknya untuk berwudhu’ terlebih dahulu. Tidurlah dalam keadaan
suci. Jangan lupa untuk membaca doa dan memohon perlindungan kepada Allah Swt
dari orang-orang yang berniat tidak baik.
Sejujurnya pengalaman-pengalaman seperti inilah yang terkadang membuat jalan-jalan jadi seru. Hal-hal diluar rencana yang membuat anda akan tersenyum sendiri ketika suatu saat mengenangnya [rahmataulia].
Waah, serunya karena mesti tidur di Pelabuhan ya, Rahmat. Hihihi. Anyway thank you tips-nya tapi kami jangaan sampaaiii, soalnya biasa traveling sama anak-anak.
BalasHapusKalau ad anak kecil yg lg bawel2nya susah kak. Bnyak nyamuk jg dstu.
HapusKenapa ga tidur di lantai aja, DekMat? Kan lebih nyaman, tinggal cari kardus di kios-kios depan pelabuhan itu sebagai alasnya. Hehe
BalasHapusDingin bg Cit euy. Lgian lantainya jg sdkit kotor.
HapusLain kali kita trip agam FLP bg.. Hahah
BalasHapusMau? Bisa kta rencanakan ni.
HapusLain kali kita trip agam FLP bg.. Hahah
BalasHapussingieh ngoeh ka hub lon watee jak u sabang
BalasHapusHan ek
HapusSeru nih..
BalasHapusKe depan jangan lupa bawa sleeping bag atau hammock, biar lbh mudah lg dlm menemukan kamar outdoor.
Tipsnya juga ok.
Tips yang keren ni, apalagi hammock cukup ringan untuk dibawa kemana aja. Makasih om Safariku kunjungannya.
Hapusmembludak banget penumpang yang di php sama kapal, kamu salah satunya mas hehe..
BalasHapustips tidur itu memang tepat, kadang aku pun jadi tidur2 ayam gitu, sebentar2 bisa kebangun atau ya terjaga sama sekali.
Masalah yg sama tiap tahunnya ktika lebaran ya gini Mas. Mas Deddy kapan ke Sabang?
BalasHapusKasihan banget sampai tidur di Pelabuhan, untungnya ada kawan jadi nggk masalah.
BalasHapusKk juga pernah ketinggalan kapal saat survey sama kak Fara kemrin tu, kak farahnya udah sampai ke Banda Aceh, sedangkan kk masih nyangkut di Pelabuhan karena motornya nggk bisa masuk, tapi untungnya nggak sempat bermalam, kok sempat bermalam ngeri juga awak sendirian cewek berkeselewiran di pelabuhan sabang tu.
Kalau brmalam sendri ngeri2 sedap jg kk.Tp ad jg kok cewek yg nginap di pelabuhan.
Hapus