“Nanti
kalau jadi ke Aceh, mau kemana aja?” tanya saya pada salah seorang teman yang
rencana mau ke Aceh.
“Rencananya
ketika mendarat, langsung ke pelabuhan untuk menyeberang ke Sabang. Sudah lama
kali pengen swafoto di KM 0.”
Jawabnya riang.
Setiap
kali ada teman yang akan ke Aceh, saya selalu menanyakan pertanyaan di atas.
Dan jawabanya hampir selalu sama. Akan ke Sabang dan ke Sabang.
Kebanyakan
wisatawan domestik atau mancanegara, kalau ke Aceh pasti menyempatkan ke
Sabang. Pulau paling Barat Indonesia yang menjadi titik nol Nusantara. Apalagi
bagi mereka yang sudah jelajah berbagai daerah di Indonesia. Tak lengkap
rasanya tak berkunjung ke Sabang dan menyambangi titik nol Indonesia.
Padahal
ada lo pulau di Aceh yang indahnya itu nggak kalah sama Sabang, dekat lagi
posisinya sama Sabang!
**
Sebulan
sebelum lebaran Idul Adha. Saya bersama dua orang teman liburan ke salah satu
pulau. Pulau Nasi namanya. Pulaunya mungil, penduduknya hanya 1513 jiwa dengan
luas 2731,87 hektar. Secara administrasi, Pulau Nasi masuk dalam kawasan Aceh
Besar. Walaupun untuk menuju ke sana harus melalui Banda Aceh.
Saya
sendiri, lahir dan besar di Aceh Besar. Tapi di umur yang sudah menjelang
seperempat abad belum pernah sekalipun ke pulau ini. Padahal untuk menyeberang
ke Pulau Nasi hanya butuh waktu dua jam setengah.
Jadi
kenapa saya tidak pernah sekalipun ke Pulau Nasi? padahal salah satu hobi saya
itu jalan-jalan. Bersafari ketempat baru dan berinteraksi dengan penduduk
setempat. Menyelami kehidupan mereka untuk mencari tahu kesehariannya. Karena
hobi ini, ketika lulus kuliah dan cari kerja. Saya mencari tempat kerja yang kira-kira
setelah setahun akan dipindah ke tempat baru, dan begitu lagi tahun
selanjutnya. Tapi sampai sekarang saya belum juga berjodoh dengan kerjaan
seperti ini.
Jadi,
kalau boleh jujur, Pulau Nasi itu bukanlah salah satu tujuan wisatawan. Promosi
tentang pulau ini minim sekali. Kalah jauh dengan tetangganya, Pulau Sabang.
Efek dari minimnya promosi tersebut adalah hampir tidak ada wisatawan yang
datang ke sini terkecuali ketika ada event
tertentu.
Saya,
yang lahir dan besar di Aceh Besar saja tidak banyak tahu tentang pulau ini.
Hingga satu hari di akhir Juli, saya bersama dua orang teman memberanikan diri
kesana. Tujuan utama kami adalah jalan-jalan.
Walau
tekad sudah bulat akan ke sana, tapi kami masih buta sekali tentang Pulau Nasi.
Apakah disana ada penginapan? Mau kesana berapa biayanya? Sampai di sana mau ngapaen aja? Dan sederet pertanyaan lain
yang terus terngiang dalam kepala.
Dan
satu kebetulan yang sangat tak terduga ketika lagi santai-santainya menunggu
boat tiba, kami berkenalan dengan seorang ibu-ibu warga Pulau Nasi. Setelah
ngobrol ini itu rupanya ibu ini saudara saya.
Sumpah!
Ini suatu kebetulan (lebih tepatnya takdir) yang sangat konyol sekali karena
saya tidak mengenal saudara sendiri. Dalam hati rasanya malu sekali waktu itu.
Ketika
tahu kami belum jelas mau menginap dimana, dengan semangatnya ibu ini mengajak
kami menginap di rumahnya. Merasa tidak enak takut merepotkan, kami menolak
secara halus ajakan saudara saya ini. Tapi ujung-ujungnya kami menerima juga
tawarannya, setelah tidak enak terus-terusan menolak.
Bagaimana cara menuju
ke Pulau Nasi?
Dan
ketika tiket sudah ditangan, saatnya terbang ke Aceh. Begitu tiba di Bandara
Sultan Iskandar Muda, Aceh. Kita bisa naik angkutan umum Bus Trans Kuta Raja secara
gratis dengan tujuan Ule Lheu. Selanjutnya ada dua pilihan menyeberang ke Pulau
Nasi. Naik Kapal Papuyu atau naik boat
kecil. Ada plus minus tersendiri pada dua pilihan ini. Saran saya lebih baik
naik boat karena jadwal berangkatnya setiap
hari, dibandingkan Kapal Papuyu yang jadwalnya seminggu tiga kali.
Untuk
naik boat, kita harus menunggunya di
Taman Kuliner Ule Lheu. Jadwal berangkatnya dari Banda Aceh menuju Pulau Nasi
adalah pukul 14.30 WIB.
Selama
di Pulau Nasi, jangan khawatir dengan penginapan. Ada satu rumah sewa yang
dikelola oleh masyarakat desa dengan harga per malam Rp.100.000,-. Untuk
jalan-jalan, bisa dengan rental motor masyarakat setempat.
Apa Yang Menarik
Dari Pulo Nasi?
Jika
ada yang tanya apa yang menarik dari Pulo Nasi maka ada banyak sekali keunikan
pulau ini. Alokasikanlah waktu sehari penuh supaya bisa eksplore keseluruhan Pulau Nasi.
Dan
selama satu hari dua malam berada di
Pulo Nasi, saya betul-betul terkesan pada lima hal berikut ini.
Pasi Janeng, Pantai Eksotis Dalam
Rimba Tuhan
Pantai Pasi Janeng di Siang Hari |
Walaupun pantai adalah pemandangan yang biasa saya lihat di Aceh Besar, namun berbeda halnya ketika melihat Pantai Pasi Janeng. Mulut saya tak henti-hentinya mengucapkan Alhamdulillah ketika menyaksikan maha karya Sang Pencipta yang satu ini.
Pasirnya
putih, sebagian airnya biru langit dan sebagian lagi biru keputih-putihan.
Ketika dipandang dari atas semakin menambah keelokan tempat ini.
Sayangnya
belum banyak wisatawan yang berkunjung ke Pulo Nasi, jadinya pantai seindah ini
yang tahu hanya segelintir orang.
Pasi
Janeng ini posisinya tidak begitu jauh dari pelabuhan Pulo Nasi. Mungkin hanya
lima menit berkendara. Jadi menemukannya tidaklah sulit.
Note
: Seluruh jalan di Pulau Nasi sudah beraspal. Hanya beberapa kilo saja yang
masih belum beraspal.
Milky
Way,
Taburan Bintang di Langit Tuhan
Milky Way Depan Rumah |
Pertama sekali, saya hanya bergumam biasa dan melihat sekilas saja ketika diberitahu oleh teman indahnya langit Pulau Nasi pada malam hari. Saya pikir tidak jauh beda dengan langit di tempat lain. Ketika teman saya memotretnya, saya baru sadar kalau milky way-nya memang indah sekali. Lalu saya pun mulai menatapnya dengan perasaan takjub.
Kita
tidak akan bisa melihat Milky Way
jika langit suatu daerah ditutupi awan polusi atau pencahayaan yang terlalu
terang layaknya kota besar.
Tapi
di sini, jika tidak mendung, saban malam kita bisa menyaksikan milky way. Taburan bintang di angkasa
dengan jumlah yang banyak sekali. Sanking
banyaknya kamu nggak akan sanggup
menghitungnya.
Tapi
kalau kamu orang yang suka tantangan, cobalah sekali-kali menantang dirimu
untuk menghitung bintang di langit Pulo Nasi. Tertarik?
Menyantap Durian di Kebunnya Langsung
Siapa
yang suka durian coba angkat tangan!
Bagi
kamu yang suka durian, datanglah ke Pulau Nasi pada musim panennya. Waktu
merencanakan akan ke Pulau Nasi, saya tidak tahu kalau di sana sedang musim duren. Dan pun, saya baru tahu kalau di
Pulo Nasi ada durian. Selama ini yang saya ketahui, durian yang masuk ke Banda
Aceh adalah durian dari Lhong dan Tangse, Pidie. Ternyata di Pulo Nasi juga ada
durian yang lezatnya mengalahkan durian dari kedua daerah tadi (versi saya).
Syekh Bit, Yang Menghadiahi Kami Duren Gratis |
Adalah
Syekh Bit, penjaga kebun duren yang
kami sambangi. Ia bercerita banyak tentang duren.
Syekh Bit mengatakan kepada kami bahwa ada duren
namanya Durian Leumak Mabok.
Rasanya
itu enak sekali dan mempunyai sifat cepat mengenyangkan. Jadi setiap orang,
ketika makan duren ini hanya mampu menghabiskan
maksimal satu saja. Setelah itu, ia akan terkapar kekenyangan.
Sayangnya,
kami belum berkesempatan menyantap duren
jenis ini. Sudah lebih dari empat jam menunggu, duren leumak mabok masih enggan menyentuh tanah.
Namun
apakah benar adanya duren jenis ini, hanya Syekh Bit yang tahu kebenarannya.
Surganya Bagi Para Pemancing
Lhok Kaca Kacu, Arusnya Cukup Deras |
Adalah
Juli, pemuda Pulo Nasi yang telah berbaik hati menjadi teman sekaligus guide kami selama di Pulo Nasi. Juli
membawa kami ke suatu tempat yang dinamakan Lhok Kaca Kacu. Lhok Kaca Kacu
inilah yang menjadi surga bagi para pemancing. Ketika sampai di sini, Juli
menampakkan fotonya sedang memegang seekor ikan yang cukup besar berikut
beberapa foto lainnya dengan ikan berukuran sama.
Walau
bukan pemancing mania, tapi saya begitu yakin kalau di Lhok Kaca Kacu memang
banyak ikannya. Apalagi setelah Juli menampakkan beberapa fotonya memegang ikan
besar.
Next time
kalau ke Pulau Nasi lagi, wajib mancing di Lhok Kaca Kacu. Note!
Penjaga Lhok Kaca Kacu |
Warga Pulau Ramah-Ramah, Benarkah
Itu?
Pemuda Pulau Nasi |
Saya sudah membuktikan bahwa warga pulau itu ramah-ramah. Perjumpaan dengan Juli, Syekh Bit dan beberapa penduduk Pulo Nasi membuktikan teori ini benar adanya.
Saya
terkesima ketika Syekh Bit memberikan duren di kebunnya yang sangat lezat
secara percuma. Saya pun salut dengan kebaikan hati Juli membawa kami keliling
Pulo Nasi selama satu hari penuh tanpa sedikitpun mengeluh lelah atau bosan.
Saya
sangat berharap, suatu saat bisa kembali ke pulau ini. Menyelami lebih dalam sosial,
budaya dan histori nya. Semoga.
Wah... Amazing banget. GK salah nih, kalau jadi "surga tersembunyi ya Aceh". Terima kasih atas sharingnya, ya.
BalasHapusSama2 kak, trimakasih sdah berkunjung
HapusBaru tau kalau di Aceh, bahkan dekat Banda Aceh, ada tempat eksotik gini. Nice Post, doain ya, biar bisa ke sana juga suatu saat nanti
BalasHapusSmoga kesampean kesana bang Ikbal, ajak2 kami ya.
HapusPajan me Rio de Jaksiuroe keunan?
BalasHapusPajan siap?
BalasHapusHm, boleh nih kalau kapan-kapan ada kesempatan ke aceh..
BalasHapusAyok Mas ke Aceh, ditunggu.
HapusBandar Q Online Terpercaya dan Teraman di GUNUNGPOKER
BalasHapusLink daftar : http://bandaraduq.com/Register.aspx?lang=id
BBM : 56978317
SEMUA GAME HANYA PAKAI 1 USER ID : Poker, Domino QQ, Capsa Susun, Adu Q, Bandar Poker,
Segera daftarkan userid anda di GUNUNGPOKER
Promo Terbaru dari GUNUNGPOKER
- Minimal DEPOSIT & WITHDRAW Rp 20.000,-
- Tersedia 7 game dalam 1 USER ID
- BONUS Turnover 0.5%
- BONUS Referral 20%
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
LIVECHAT GUNUNGPOKER 24 JAM ONLINE
Fanspage FB : @agengunungpoker
Pin BB : 56978317
WA : +62812-7287-4416
LINE : gunungpokercsr1
WECHAT : gunungpokercsr1
YM : gunungpokercsr1@yahoo.com