Mungkin kata-kata tahsin tidak begitu asing terdengar di telinga kita, bisa jadi sebagian kita sudah cukup sering mendengarnya atau mungkin ada yang belum pernah mendengarnya sama sekali? Jika meninjau kepada kamus Munawir, Tahsin berasal dari kata Hassana – Yuhassinu - Tahsinan yang bermakna memperbagus. Dalam hal ini, berarti membaguskan kualitas bacaan al-Qur’an seseorang. Ada yang menyebut istilah Tahsin dengan nama lain, yaitu Tajwid. Keduanya, pada intinya sama-sama menekankan pada perbaikan bacaan.
Al-Qur’an sebagai kalamullah terdiri
atas huruf-huruf hijaiyyah yang memiliki tata aturan dalam pelafalannya. Setiap
orang yang membaca al-Qur’an harus menggunakan hukum-hukum yang telah diatur
dalam ilmu tajwid tersebut. Setiap huruf memiliki makhraj dan sifat tersendiri
yang harus dipenuhi ketika melafalkan Al-Qur’an.
Terkait dengan pembelajaran
tahsin, saya banyak melihat pesantren-pesantren yang mulai menawarkan program
tahsin misalnya selama satu bulan. Selama satu bulan tersebut, peserta di godok
untuk benar-benar bisa memperbaiki bacaan Al-Qur’an nya, sehingga ketika
selesai ikut program tersebut bacaan tahsin peserta menjadi lebih bagus.
Alhamdulillah, pada Oktober 2020
ini saya mempunyai kesempatan untuk mengikuti pelatihan tahsin yang
diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh Besar. Acara yang berlangsung
dari Senin, 12 Oktober hingga Kamis, 15 Oktober ini langsung diajarkan oleh dua
orang pakar tahsin, yaitu Abi Jailani dan Ust. Zamni Yusuf.
Saya hadir sebagai perwakilan
dari Dayah Tgk. Chik Disampang Montasik, selain saya, ada puluhan peserta
lainnya yang mewakili dayah masing-masing.
Pelatihan ini menurut saya cukup
menarik, mengingat selama ini belum banyak dayah yang serius mengajari tahsin
kepada santrinya. Sementara di satu sisi, santri ketika terjun di tengah-tengah
masyarakat dituntut menjadi imam shalat dan lain sebagainya.
Selama pelatihan, metode yang
dipakai oleh pemateri lebih dominan ke praktik, sehingga pemateri bisa langsung
tahu tingkat kemampuan, letak benar-salahnya bacaan peserta. Jadi jika ada
bacaan yang keliru langsung bisa diperbaiki.
Drs. Tgk. H. Jailani Mahmud,
salah satu pemateri mengatakan, beliau sangat senang bisa ikut terlibat dalam
kegiatan ini. Beliau berharap kegiatan ini juga bisa dilaksanakan oleh
dinas-dinas yang lain semisal Dinas Syariat Islam dan lain sebagainya.
“acara-acara seperti ini sangat
bermanfaat karena seorang Tengku ketika terjun ke dalam masyarakat akan menjadi
seorang imam. Tentu masyarakat berharap, imam shalat fasih bacaannya. Melalui
kegiatan ini semoga semakin banyak tengku-tengku yang menjadi bagus bacaannya.”
Ujar Tgk. Jailani yang akrab disapa Abi.
Abi juga mengajak peserta untuk
serius mempelajari tahsin, bahkan beliau mempersilahkan peserta yang ingin
serius belajar untuk datang ke rumahnya atau belajar sama beliau di masjid Raya
Baiturrahman setiap malam Rabu.
Sebagai peserta, saya berharap
kegiatan semacam ini bisa berlangsung secara kontiyu mengingat pentingnya kita
memperbaiki bacaan Al-Qur’an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar